Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Otong Hidayat, S.Pd., M.Pd.

(Calon Guru Penggerak Angkatan 6 dari SMKN 1 Rangkasbitung Kab. Lebak Prov. Banten)

Mohon izin mengawali tulisan ini dengan kutipan kata bijak sebagai berikut:

” Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku  etis.”

(George Wilhelm Friedrich Hegel). 

Ungkapan Hegel tersebut sejalan dengan keyakinan kita bahwa manusia memiliki potensi atau benih yang dapat digali dan ditumbuhkembangkan. Hal ini berkaitan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang menyebutkan Pendidikan seperti seni karena Pendidikan merupakan hasil dari karya seni cipta, karsa dan karya yang didalamnya mengandung nilai-nilai moral, kebajikan dan kebenaran universal. Ketika nilai-nilai sudah tertanam dalam diri, maka akan menjadi prinsip-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Oleh karena itu Pendidikan nilai atau karakter universal tetap menjadi dasar setiap orang untuk semakin tumbuh dan berkembang sebagai makhluk sosial.

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan triloka sangat berpengaruh terhadap guru dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan “ Ing ngarso sung tulodo, Ing Madya mangun karsa dan tutwuri handayani” memiliki makna yang mendalam dan adapat dijadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan yang selalu berpihak kepada murid supaya menjadi generasi cerdas dan memiliki karakter profil pelajar Pancasila.

Nilai-nilai yang tertanam akan berpengaruh pada prinsip pengambilan keputusan, proses pengambilan akan bertanggung jawab, kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berhubungan sosial akan mewujudkan filosofi triloka Ki Hajar Dewantara.

Jika dalam pengambilan keputusan telah efektif tetapi masih memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam diri atas keputusan yang telah diambil, hal ini bisa dibantu dengan sesi “coaching” kegiatan ini bisa membantu menggali kembali potensi-potensi yang dimiliki. Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Pendidik menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, bertanggung jawab dan selalu berpihak kepada murid.

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam setiap keputusan harus berpihak pada murid, bertanggung jawab dan nilai kebajikan yang universal. Serta menerapkan 4 paradigma dilemma etika:

  • individu lawan kelompok
  • rasa keadilan lawan rasa kasihan
  • kebenaran lawan kesetiaan  
  • jangka pendek lawan jangka Panjang

Pengambilan keoutusan juga harus berpegang pada 3 prinsip yaitu:

  • prinsip berbasis hasil akhir
  • prinsip berbasis peraturan
  • prinsip berbasis rasa peduli

Kemudian diterapkan kedalam 9 langkah pengambilan keputusan, diantaranya:

  • Mengenali nilai-nilai yang bertentengan
  • Menentukan siapa saja yang terlibat
  • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
  • Pengujian benar salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi (halalam utama koran), uji keputusan panutan/idola.
  • Pengujian paradigma benar lawan benar
  • Prinsip pengambilan keputusan
  • Investigasi opsi trilemma
  • Buat keputusan
  • Tinjau kembali keputusan dan refleksi

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika akan semakin mengasah rasa empati dan simpati sebagai seorang pendidik. Rasa empati dan simpati yang terbiasa akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika sehingga pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan lebih bijak.

Kesimpulan kahir dari rangkuman modul ini adalah setiap keputusan yang diambil pendidik sebagai pemimpin pembelajaran harus berdasarkan pada keberpihakan kepada murid dengan berbagai kondisi dan kodrat masing-masing.

M.ABDU AL-AFGANI, S.Kom
Author: M.ABDU AL-AFGANI, S.Kom

Guru Kejuruan. Kunjungi Blog saya alafgani.web.id

Leave a Comment